Free counters

 
Mr. Tanjung panyabungan
Perjalanan Hajiku  
  Contact
  Guestbook
  Title of your new page
  Home
  Hidden pages
  Sekilas Cerita Rakyat
  Adat Mandailing
  Serba serbi
  Motivation
  Ilmu Computer dan HP
  News
  Nasionalisme
  Wisata
  Nasehat Ibuku
  Penerangan Agama
  Hari Blogger Nasional
  Daftar Blog
  Dunia Maya
  Pidato berbahasa Inggris
  Mengisi Waktu dengan Google
  Bermalam di Grand Angkasa Hotel
  Cara membuat Email di Google
  Cara berobat dari Mandailing ke Malaysia.
  Bagaimana agar bisa punya penghasilan di Internet
  Science selalu bermutasi
  Bapak Kamarudin
  United of Publisher (English)
  Pedicab (English)
  My Father Had Gone Forever (English)
  Traditional medicine in Mandailing (English)
  Jumlah Pengunjung (Total Visitor)
  Mencari Uang di Dunia Maya
  Panduan Adsense Pemula
  Better you read my page (English)
  Agar Orang Lain Selalu Mengerti Kita
  Jalan Panjang Seorang Dokter Gigi
  Waktu Sholat
  Perantau Tapanuli
  Photo Guru saya
  Vinefire
  Page Rank Teman
  Adsense
  Info buku Haji
  Nama Nama Menteri
  Courtesy Medysept91
Hidden pages
WAKTU YANG AMAT LUANG DI BANDARA UDARA Ketika rasa lelah sudah mulai hilang di ruang tunggu King Abdul Aziz itu, terasalah bagi saya bahwa pakaian yang saya pakai sudah terasa kotor. Lalu saya bertanya pada seseorang, dimana lokasi kamar mandi. Dan sesudahnya saya berserta kawanku satu regu, berangkat ke sana. Untuk menukar pakaian, sekaligus melaksanakan solat Zhuhur. Mengenai waktu sholat Zhuhur ini, amat terasa ganjil waktunya. Tadi kami berangkat dari Medan, masih jam 8 pagi. Dan berada di perjalanan selama 9 jam. Dalam perjalanan tadi, kami telah melakukan sholat Zhuhur dengan cara duduk di kursi penumpang. Dan mengambil wuduk dengan cara tayammum. Dan kalaulah waktu sudah berjalan 9 jam dari berangkat tadi. Di tambah lagi kami dari sekitar satu jam istirahat di bandara ini. Tentu seharusnya waktu sudah pukul 5. Dan sudah sepantasnya kita melakukan sholat Ashar. Tapi bukan begitu keadaannya. Yang seharusnya pukul 5 pada saat itu, sebenarnya belumlah pukul 5 di Jeddah. Jam di sana masih pukul 1 siang. Perbedaan jam di Indonesia dan Arab Saudi ada sekitar 4 jam. Semestinya kami sudah sholat Zhuhur di sini. Tapi karena kami sudah melakukannya, tentu tidak dilakukan lagi untuk kedua kalinya. Jadi di kamar mandi hanya untuk menukar pakaian saja. Mandi bagi siapa yang mau. Tapi tidak lagi melakukan sholat Zhuhur. Selesai mengganti pakaian. Aba-aba untuk berangkat belum juga datang. Di sini teringatlah saya pada ibu, anak-anak saya, dan juga saudara yang saya tinggalkan di kampung halaman. Kebetulan di sekitar tempat itu, banyak pula kutemui telepon umum. Lalu saya bertanya pada seorang penjaga yang asyik duduk di dekatnya. Apakah telepon itu bisa dipakai untuk tujuan Indonesia. Lalu ia menerangkan bahwa telepon itu bisa untuk internasional. Tapi mesti pakai card. Rupanya ia seorang penjual card. Lalu ia menerangkan bahwa ada card yang berharga 50 Riyal, ada yang berharga 100 Riyal, dan ada yang berharga 10 Riyal (1 Riyal pada tahun 2002= 3000 Rupiah uang Indonesia). Dan karena kerinduan saya kepada sanak saudara dan juga anak-anak saya, lalu saya memutuskan untuk membeli yang seharga 50 Riyal. Yang ternyata setelah saya pakai, rupanya biaya telepon itu berjalan dengan tarif 1 Riyal per 10 detik. Mahal memang. Tapi untuk memberitahukan bahwa kami telah sampai dengan selamat mendarat di Jeddah pun amat penting diberitahukan. Ibu dan semua keluarga, pasti ingin mengetahui keadaan kami. Saya bergantian dengan istri saya untuk menelepon. Begitu juga dengan anak-anak saya yang kami tinggalkan di Indonesia. Semua kami telepon , termasuk mertua saya yang tinggal di Padang Sidempuan. Hingga pulsa kami tinggal bersisa kira kira 20 Riyal lagi. Tapi kami merasa puas. Kami merasa telah bisa memberitahukan bahwa kami dalam keadaan sehat. Dan juga tahu keadaan keluaraga di negeri Indonesia. Begitulah kami mengisi waktu yang amat luang di bandara udara itu. Hingga jam 4 sore Waktu Saudi Arabia (WSA), keberangkatan sudah diambang pintu. Untuk melanjutkan perjalanan ke kota Medinah. Ditulis oleh Mr. Tanjung panyabungan. 11. KURMA DAN ES GRATIS DI ARAFAH Tak lama setelah kami perjalanan melebihi 4 km dari maktab, kami akhirnya dapat melihat puncak jabal Rahma dari kejauhan. Di puncaknya nampak tugu putih berdiri kokoh. Kepastian telah kami dapat. Jalan yang kami lewati memang benar-benar menuju jabal Rahma. Perjalanan terus kami lanjutkan dari sebelah kanan jalan yang boleh dibilang ramai. Mobil-mobil di sekitar tempat ini sangat banyak parkir di pinggir jalan. Penjual kaki lima sudah mulai ada kami temui satu persatu. Ketika kami melewati satu mobil box berwarna putih, tiba-tiba helpernya yang berdiri di pintu samping truck ini memanggil saya. Tak tahu apa tujuannya. Lalu kami mendekatinya dan menanyakan, ada apa ia memanggilku. Kemudian ia menyodorkan sebungkus es di dalam plastik. Lalu saya menanya harganya, tapi rupanya esnya gratis. Tidak membayar. Saya sangat heran sekali, jadi karna tak ingin mendapat masalah apapun, akhirnya saya tidak menerimanya. Tapi ia terus saja menawarkannya. Dia sangat sopan dan begitu berharap agar saya menerimanya. Sehingga saya terima juga pada akhirnya. Begitu saya menerimanya, lalu datang lagi jemaah yang lain. Ia terus saja menawarkan esnya dengan gratis, sehingga banyak juga jadinya yang menerima. Kami lalu pergi sambil memakan es yang diberinya sambil bejalan. Heran juga melihat pemilik truk itu. Dia datang entah dari mana? Dia melengkapi trucknya dengan refrigator untuk membuat es, tapi rupanya semuanya untuk dibagi-bagikan secara gratis. Saya akhirnya tersadar, mungkin dia memang sengaja datang ke Arafah ini hanya untuk bersedekah. Dia menggunakan pendinginnya untuk membuat semua yang ia sedekahi agar lebih merasa senang dengan air yang disedekahkannya. Dia datang hanya karena mencari ridha Ilahi, bukan untuk bisnis semata. Setelah melewati truck ini, kami jumpa lagi dengan sebuah truck yang hampir sama caranya dengan yang menawarkan es tadi. Tapi kali ini pemilik trucknya membawa buah kurma. Dia memberikan kepada siapa saja jemaah haji yang menginginkan kurmanya. Lalu ketika saya memperhatikannya, kami tiba pula di depan seorang laki-laki yang di depannya ada meja yang ditaruh di atasnya buah kurma dan timbangan. Mulanya saya sangsi apakah seorang lelaki ini memang jualan atau mau membagi-bagikan kurma seperti truck yang di sampingnya. Tapi saya bertanya dalam hati, kenapa ia punya timbangan. Lalu ketika kami mendekatinya, kudengar laki-laki itu mengatakan pada seorang pembeli, harga kurmanya 10 Riyal perkilo gram. Setelah ini barulah saya tahu bahwa ia berjualan di tempat ini. Tapi saya heran, banyak juga yang membeli kurmanya. Padahal ada kurma gratis di dekat jualannya. Maha kuasalah tuhan pencipta alam yang membuat manusia bermacam-macam tabiatnya. Ada kurma yang gratis, banyak yang menerimanya karena tak membayar, tapi penjual kurma yang di sebelahnya, laku juga jualannya. Sepertinya ia tak henti-hentinya menimbang kurma yang laku terjual. Bahkan kurmanya lebih lancar dari kurma gratis yang di dekatnya. Benar-benar semua ini membuat saya heran alang kepalang. Perjalanan kami teruskan tanpa membeli apa-apa. Tak lama kemudian, kami akhirnya tiba di kaki bukit jabal Rahma. Sesampainya di tempat itu, saya lebih ingin mencari tempat duduk, karena sudah terlampau jauh berjalan kaki dari kemah kami. Kemungkinan sudah mencapai 6 km. Tentu bukan jarak yang dekat untuk dilalui tanpa kenderaan.
Username:
Password:
WAKTU YANG AMAT LUANG DI BANDARA UDARA Ketika rasa lelah sudah mulai hilang di ruang tunggu King Abdul Aziz itu, terasalah bagi saya bahwa pakaian yang saya pakai sudah terasa kotor. Lalu saya bertanya pada seseorang, dimana lokasi kamar mandi. Dan sesudahnya saya berserta kawanku satu regu, berangkat ke sana. Untuk menukar pakaian, sekaligus melaksanakan solat Zhuhur. Mengenai waktu sholat Zhuhur ini, amat terasa ganjil waktunya. Tadi kami berangkat dari Medan, masih jam 8 pagi. Dan berada di perjalanan selama 9 jam. Dalam perjalanan tadi, kami telah melakukan sholat Zhuhur dengan cara duduk di kursi penumpang. Dan mengambil wuduk dengan cara tayammum. Dan kalaulah waktu sudah berjalan 9 jam dari berangkat tadi. Di tambah lagi kami dari sekitar satu jam istirahat di bandara ini. Tentu seharusnya waktu sudah pukul 5. Dan sudah sepantasnya kita melakukan sholat Ashar. Tapi bukan begitu keadaannya. Yang seharusnya pukul 5 pada saat itu, sebenarnya belumlah pukul 5 di Jeddah. Jam di sana masih pukul 1 siang. Perbedaan jam di Indonesia dan Arab Saudi ada sekitar 4 jam. Semestinya kami sudah sholat Zhuhur di sini. Tapi karena kami sudah melakukannya, tentu tidak dilakukan lagi untuk kedua kalinya. Jadi di kamar mandi hanya untuk menukar pakaian saja. Mandi bagi siapa yang mau. Tapi tidak lagi melakukan sholat Zhuhur. Selesai mengganti pakaian. Aba-aba untuk berangkat belum juga datang. Di sini teringatlah saya pada ibu, anak-anak saya, dan juga saudara yang saya tinggalkan di kampung halaman. Kebetulan di sekitar tempat itu, banyak pula kutemui telepon umum. Lalu saya bertanya pada seorang penjaga yang asyik duduk di dekatnya. Apakah telepon itu bisa dipakai untuk tujuan Indonesia. Lalu ia menerangkan bahwa telepon itu bisa untuk internasional. Tapi mesti pakai card. Rupanya ia seorang penjual card. Lalu ia menerangkan bahwa ada card yang berharga 50 Riyal, ada yang berharga 100 Riyal, dan ada yang berharga 10 Riyal (1 Riyal pada tahun 2002= 3000 Rupiah uang Indonesia). Dan karena kerinduan saya kepada sanak saudara dan juga anak-anak saya, lalu saya memutuskan untuk membeli yang seharga 50 Riyal. Yang ternyata setelah saya pakai, rupanya biaya telepon itu berjalan dengan tarif 1 Riyal per 10 detik. Mahal memang. Tapi untuk memberitahukan bahwa kami telah sampai dengan selamat mendarat di Jeddah pun amat penting diberitahukan. Ibu dan semua keluarga, pasti ingin mengetahui keadaan kami. Saya bergantian dengan istri saya untuk menelepon. Begitu juga dengan anak-anak saya yang kami tinggalkan di Indonesia. Semua kami telepon , termasuk mertua saya yang tinggal di Padang Sidempuan. Hingga pulsa kami tinggal bersisa kira kira 20 Riyal lagi. Tapi kami merasa puas. Kami merasa telah bisa memberitahukan bahwa kami dalam keadaan sehat. Dan juga tahu keadaan keluaraga di negeri Indonesia. Begitulah kami mengisi waktu yang amat luang di bandara udara itu. Hingga jam 4 sore Waktu Saudi Arabia (WSA), keberangkatan sudah diambang pintu. Untuk melanjutkan perjalanan ke kota Medinah. Ditulis oleh Mr. Tanjung panyabungan.
Perjalanan Hajiku  
  Klik juga iklan di bawah

Bila ingin cari uang di Clixsense, klik iklan di bawah Kutuliskan semua kisah saya ketika di Medinah dan di Mekkah, bermaksud agar saya mengingatnya, dan juga bisa jadi pelajaran bagi yang akan pergi, jadi bahan pertimbangan bagi yang telah pernah ke Mekkah. Dan saya sebagai penulis, tentu banyak kekurangan. Mana tahu ada kesalahan, saya sedia bila dikritik. Sebab dengan kritik para pembaca, akan menjadi pelajaran buat saya. Mungkin kalau saya punya kesempatan untuk menulis lagi, saya sudah punya rambu-rambu dengan tulisan saya, kalau kebetulan ada yang salah. Silakan kritikn saya di kotak Guest. Semua tentu akan menjadi pelajaran berharga buat saya Terima kasih
Custom Search
http://feeds.feedburner.com/PengalamanDiAdsense
 
Mr. Tanjung panyabungan 2  
  Semoga tulisan-tulisan saya di halaman ini, akan memacu orang-orang yang seasal dengan saya untuk berlomba dan semakin giat menulis di dunia maya  
Online  
   
 
  gambardijual ............................................................... Menerima pemasangan Iklan. Hubungi: Ashartanjung@gmail.com Tempatkan iklan anda disini.  
 
  Oleh penulis buku:  
Today, there have been 135736 visitors (354749 hits) on this page!
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free