Free counters

 
Mr. Tanjung panyabungan
Perjalanan Hajiku  
  Contact
  Guestbook
  Title of your new page
  Home
  Hidden pages
  Sekilas Cerita Rakyat
  Adat Mandailing
  Serba serbi
  Motivation
  Ilmu Computer dan HP
  News
  Nasionalisme
  Wisata
  Nasehat Ibuku
  Penerangan Agama
  Hari Blogger Nasional
  Daftar Blog
  Dunia Maya
  Pidato berbahasa Inggris
  Mengisi Waktu dengan Google
  Bermalam di Grand Angkasa Hotel
  Cara membuat Email di Google
  Cara berobat dari Mandailing ke Malaysia.
  Bagaimana agar bisa punya penghasilan di Internet
  Science selalu bermutasi
  Bapak Kamarudin
  United of Publisher (English)
  Pedicab (English)
  My Father Had Gone Forever (English)
  Traditional medicine in Mandailing (English)
  Jumlah Pengunjung (Total Visitor)
  Mencari Uang di Dunia Maya
  Panduan Adsense Pemula
  Better you read my page (English)
  Agar Orang Lain Selalu Mengerti Kita
  Jalan Panjang Seorang Dokter Gigi
  Waktu Sholat
  Perantau Tapanuli
  Photo Guru saya
  Vinefire
  Page Rank Teman
  Adsense
  Info buku Haji
  Nama Nama Menteri
  Courtesy Medysept91
Home
Page copy protected against web site content infringement by Copyscape 


 
 

Bila anda ingin memperoleh uang dari intrenet  Klik disini

If you want to get money from your site or blog, Click here

 
Halaman ini adalah sebuah cerita tentang perjalanan haji saya ketika di Mekkah. Bagi anda anda yang mau bertanya, silakan saja. Atau boleh juga membaca buku karangan saya berjudul 40 Hari di Tanah Suci yang terdiri dari 3 Jilid.

Di sini saya tulis sedikit tentang kutipan buku saya


Terlebih dahulu saya memperkenalkan diri saya kepada pembaca. Saya bernama Ashar Tanjung. Tinggal di Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Indonesia.
Gambar di atas adalah gambar saya beserta keluarga

Di bawah ini saya tuliskan sedikit  tentang kutipan dari cerita saya yang telah saya terbitkan menjadi sebuah buku berjudul: 40 Hari Di tanah Suci


1. BERMIQAT DI HOTEL

Di hari ini, Mekkah sudah merupakan sesuatu yang biasa bagi, teman-teman sudah seperti saudara bagi saya, perjalanan sudah seperti kehidupan yang dialui tanpa terasa, tapi untuk melakukan haji, rasanya bukan seperti yang biasa. Hari ini, Rabu 8 Zulhijjah di tahun 2002 M. Kami akan melakukan haji. Kami akan berangkat dari Mekkah menuju Arafah, yang belum pernah dapat kubayangkan bagaimana situasinya, yang belum pernah kujalani seumur hidupku. Entah bagaimana nanti situasi di Arafah, entah apa  yang akan dilakukan di sana.

Di siang hari ini, setelah saya selesai mandi ihram, memakai pakaian ihram, yaitu dua helai kain tak berjahit, tanpa pakaian dalam, tanpa baju yang biasa saya pakai, tanpa celana. Yang sehelai dipakaikan seperti memakai kain sarung, dan diperketat dengan ikat pinggang, dan satunya dipakai ke badan seperti halnya memakai selimut. Sebelum jatuh niat, saya memakai wangi-wangian, saya menyisir rambut, kemudian melakukan sholat sunnah Ihram, dan sesudahnya berniat haji, "Labbaik Allohumma Hajjan". Yang artinya: Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji.

Dengan terucapnya niat haji ini, berlakulah larangan-larangan haji pada saya selagi melaksanakan haji, yaitu: Tidak boleh memakai pakaian biasa, tidak boleh memakai sandal maupun sepatu yang menutup tumit dan matahari kaki, tidak boleh menutup kepala maupun memakai topi, tidak lagi boleh memakai wangi-wangian, memotong kuku, mencukur rambut atau bulu badan, berburu binatang, menganiaya binatang, meminang wanita, bercumbu dan bersetubuh walau dengan istri, mencaci, bertengkar, mengucapkan kata-kata kotor. Berlakulah mulai saat ini semua peraturan ini. bila saya langgar, akan berakibat buruklah terhadap haji saya. Sebagian yang tertulis di atas, akan mengakibatkan haji saya batal bila dilanggar. Sebagian akan didenda bila dilanggar. Semuanya ada ketentunnya pada buku manasik haji, dan telah ada ditulis  pada jilid 2 buku ini.

Siang ini pertama sekali saya merasa lebih tegar setelah saya sakit selama dua hari ini. dengan semangat yang kuat, dengan tolongan tuhan, saya semakin tegar lagi. Do'aku pada yang kuasa rupanya telah terkabul dan saya berharap akan sehat seterusnya selama megerjakan haj nanti.

Selesai sholat Dzuhur, kami mulai mengangkati barang-barang yang kira-kira kami butuhkan dalam perjalanan ini. Sementara yang lainnya kami tinggalkal di dalam kamar dan tak kami bawa ke Arafah. Demikian juga hanya dengan uang, saya hanya membawa sebagian, sisanya kutinggalkan di tas besarku yang memang pakai kunci gembok.

Ketika keluar dari lift yang tadinya agak antrian karena semua hampir serentak keluar menuju ruang lobi, rupanya di ruang lobipun sudah padat dengan jemaah. Ketua kloter nampaknya agi asyik memeriksa absensi yang akan dibagikannya kapada setiap ketua rombongan untuk dibacakan.

Di saat kami telah duduk di dalam bus, dengan tempat duduk yang sama dengan ketika berangkat dari Jeddah tujuan Madinah, sama dengan dari Madinah tujuan Mekkah, hanya busnya saja yang berganti pada setiap perjalanan. Absensi mulai dibaca satu persatu, sehingga sudah pasti bahwa tak ada lagi jamaah yang tertinggal. Tak lama setelah kehadiran semua jemaah diperiksa melaui kertas absensi, bus kamipun mulai berangkat melaju membawa kami ke padang Arafah, dan kamipun mulai mebaca do'a, "Dengan nama Allah di waktu berangkat dan berlabuhnya, sesungguhnya tuhanku benar-benar maha pengampun lagi maha penyayang. Dan mereka tidak mengagungkan?Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiyamat, dan langit digulung dengan kekuasaan-Nya. Maha suci Allah dan maha tinggi dari apa yang mereka persekutukan".

Mobil terus berjalan meninggalkan kota Mekkah. Toko-toko yang berbaris sudah banyak yang dilalui. Kami berangkat dengan semangat yang kuat. Semangat untuk memenuhi panggilan tuhan. Panggilan tuhan untuk berhaji, yang bermula dari sejak bermiqat di hotel.


 

7. TENGAH MALAM DI ARAFAH

Di malam ini, para jamaah nampak habis-habisan  beribadat di bawah tenda kami yang sangat terang. Pak tua, begitu juga yang lainnnya, nampak beribadat sedaya mampu. Sayapun demikian halnya. Karena kami di Arafah ini hanya satu malam saja. Besok malam kami tidak lagi di tempat ini. Untuk selanjutnyapun tak tahu lagi apakah akan bisa kemari lagi di sepanjang hidupku. Ke tempat ini bukan sesuatu yang mudah. Hanya kuasa Allahlah yang saya harapkan semoga saya bisa datang kemari di lain waktu. Semoga ibu saya yang di Indonesia selalu sehat dan bisa pula menunaikan ibadah haji seperti saya sekarang ini. Juga mertua saya keduanya, begitu juga semua saudara saya, semua sanak family saya, semua teman-teman saya yang mengharapkan akan bisa datang ke tempat ini. Saya membaca Al Qur'an sebanyak yang saya bisa, hingga bibirku terasa sedikit capek. Kerongkonganku terasa kering. Lelah mengaji dalam keadaan duduk, saya berbaring sambil membaca tahmid maupun bacaan-bacaan lainnya.

Tidur di malam ini tidak terasa nyenyak seperti biasanya. Ketika saya terjaga dari tidur, kuperiksa arlojiku rupanya sudah jam 12 WSA. Kulihat di sekelilingku, keadaan masih seperti tadi juga. Banyak yang melakukan sholat malam, banyak yang tidur, dan banyak juga yang mengaji walau telah tiba tengah malam. Tidur di sini tidak nyenyak rasanya, memang lebih baik begitu, agar saya bisa mengaji sebanyak-banyaknya. Sering rasanya saya berada antara bangun dan tidur. Sering kuperiksa arlojiku entah sudah jam berapa? Tapi malam belum juga berakhir. Malam terus berjalan sangat terasa lama.

Ketika saya terjaga lagi dari tidur yang hanya sebentar sekali, tiba-tiba kurasakanlah bahwa saya sudah merasa sedikit lapar. Kuingat bahwa saya masih punya persediaan Indomie. Terpikir di benakku, bagaimana kalau saya pergi mengambil air panas dan menyeduhnya, sehingga saya punya makanan di malam ini. Tapi tiba-tiba kudengar suara bapak setengah tua memanggil saya dari luar kemah. Ia memberi tahu dan mengajak kami agar segera pergi bersama ke pintu gerbang. Katanya ada seorang Arab yang sedang membagikan nasi kotak di pintu maktab kami. Perut yang sudah terasa lapar, niat yang sudah ingin menyeduh Indomie agar saya punya makanan di malam ini, tentu akan cocok sekali dengan keadaan saya yang sudah lapar. Saya dan banyak jamaah lainnya bangkit dan terus menuju pintu maktab dengan berlari. Di sepanjang jalan menuju pintu, teman-teman yang lain sudah sama-sama makan di halaman menuju pintu pagar. Mereka menikmati makanannya sambil duduk di sepanjang jalan itu. Tapi begitu kami tiba di pintu pagar maktab, tak ada kami temukan seorang Arab lagi di tempat ini. Para jamaah yang sedang makan, memberi tahukan bahwa dia telah pergi. Nasi yang akan dibagikannya sudah habis. Kami rupanya sudah terlambat untuk datang. Rupanya inilah saatnya saya sangat membutuhkan bantuan orang lain. Bantuan seorang penderma yang ingin memberi kami makan di tengah malam ini. Tapi rupanya sudah terlambat. Saya benar-banar memerlukannya, pantas dalam ajaran agama Islam, boleh seorang kaya memberi zakatnya pada seorang Musafir. Kami merupakan musafir yang datang jauh dari negeri Indonesia. Datang dari jarak yang tidak dekat. Kami ke tempat ini demi menyambut panggilan tuhan untuk berhaji, meninggalkan anak-anak, meninggalkan orang tua, harta, semua sanak family, teman-teman, negeri dan juga segalanya. Kami musafir yang telah menyerahkan segala urusan pada yang kuasa. Tapi di tengah malam ini saya dan yang lainnya telah diuji untuk tidak mendapat makanan. Apakah kami sabar? Apakah kami menyadari bahwa bersedekah itu sangat dibutuhkan orang lain. Seorang Arab tadi memang memberi sedikit. Dia memberi hanya cukup untuk sebagian jamaah saja. Tapi pemberiannya sangatlah berarti, karena dia benar-benar memberi tepat pada waktunya. Tepat di saat manusia yang diberinya merasa lapar.

 

2. DI PERJALANAN MENUJU TANAH HARAM

Ketika bus telah berjalan, kami mulai membaca doa bersama-sama di perjalanan itu(hal 4 buku gantung).  Semua jemaah telah memakai Ihram. Dua helai kain tak berjahit. Semuanya sama. Tak ada beda kaya dan miskin lagi.
Sopir kamipun sudah memakai Ihram. Dia berkebangsaan Syria juga. Tapi selagi kerja sebagai sopir, dia juga menyempatkan untuk melaksanakan Umrah ini. Kami semua memakai pakaian yang sama. Tak lelah-lelahnya kami membaca talbiah yang bunyinya, “Labbaik Allohumma labbaik, Labbaika la syarika laka labbaik. Innal hamda wanni’ mata laka wal mulka, La ayarikalak”.

Yang artinya: “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagimu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, ni’mat dan segenap kekuasaan adalah milik-mu.

Kemudian kami lanjutkan bacaannya dengan sholawat: “Allohumma salli ala Muhammadin wa’ala ali Muhammadin”

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada nabi Muhammad dan keluarganya”.

Lalu terus dilanjutkan dengan do’a sholawat: “Allohumma inna nas aluka ridaka waljannata wanna uzubika min sakhatikawannar. Robbana atina fiddun ya hasanatan wa fil akhirati hasanatan waqina azabannar”.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya kami memohon keridaan-Mu dan surga, kami berlindung pada-mu dari kemurkaan-Mu dan siksa neraka. Wahai tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan hindarkanlah kami dari siksa api neraka”.

Setelah selesai membaca talbiah ini, lalu kami ulangi lagi, “Labbaik Allohumma labbaik, Labbaika la syarika laka labbaik. Innal hamda wanni’ mata laka wal mulka, La ayarikalak”. Kami membacanya dengan sangat semangat hingga akhir. dan berulang-ulang kami baca, bacaan talbiah ini, demi memohon keridaan Allah ta’ala.

Bus kami terus melaju di siang bolong itu. Kulihat dari dalam bis kami, cuaca nampak sangat panas. Cuaca dingin yang menghantam kami ketika berada di Madinah, sekarang sudah berubah. Kami berada di tengah gurun dengan panas yang mungkin sangat menyengat. Tapi kami tidak merasakannya sebab kami berada di dalam bis yang mempunyai AC. Saya hanya bisa bayangkan dengan cerahnya hari dan gersangnya padang pasir yang berada di kiri dan kanan kenderaan kami.

Di dalam perjalanan ini. Di saat melihat betapa luasnya daratan pasir yang kami lalui. Terbayang olehku bagaimana dulu Muhammad ketika akan melaksanakan haji. Mungkin route yang kami lalui, Itulah route yang dilalui olah nabi Muhammad. Dengan jarak yang tidak dekat. Sampai-sampai 498 km jauhnya. Kami berangkat melaksakan haji dari Madinah dengan menaiki bus pariwisata yang amat mewah. Dan mungkin Muhammad hanya menunggang kuda, atau menunggang unta, atau berjalan. Kami bisa duduk dan berteduh di dalam bis yang sejuk, sementara Muhammad dan rombongannya. mungkin hanya berjalan di bawah panasnya matahari dan juga  di dinginnya malam bila sedang beristirahat pada malam harinya. Kami tidak repot-repot mengangkat barang barang kami ketika berangkat. Ada banyak petugas Negro yang siap sedia membantu, tapi mungkin Muhammad dan rombongannya sangat repot mengikati barang perbekalannya pada unta dan kuda mereka. Yang pasti akan sering memperketat tali ikatannya pada unta maupun kuda mereka selama di perjalanan. Tapi barang kami sudah tersimpan bagus di bagasi bus. Sangat aman dan tak membuat lelah untuk mengikatnya. Tapi Muhammad telah melakukan semua itu demi jihat di jalan Ilahi. Sementara kami yang hidup di zaman modern ini, melakukannya dengan sangat senangnya. Semuanya serba mudah. Semuanya serba menyenangkan. Beginilah keadaan yang yang patut disyukuri para jemaah yang sekarang. Tuhan memang amat penyayang pada hambanya. Dan amat besarlah jasa nabi Muhammad yang mengembangkan agama Islam ini. Sehingga Islam telah menjadi agama dunia.

Semua yang saya lewati seperti saja  merupakan saksi ketika Muhammad melaksanakan haji zaman dahulu. Kulihat batu berukuran sedang di pinggiran jalan, bertanya dalam hati saya, apakah Muhammad pernah duduk di atas batu itu untuk menghilangkan penatnya. Kulihat sepokok kayu yang jarang ketemu tumbuh di tengah gurun itu. Bertanya pula di benak saya, pernahkan muhammad dan rombongannya berteduh di bawah pokok kayu itu. Begitulah yang saya pikirkan saat itu. Itulah yang membuat saya bersyukur dengan bahagianya perjalanan kami.

Jalan raya yang kami lalui amatlah lebar. Mungkin kalau sekiranya kenderaan sebesar bus kami dibuat berbaris di dalan raya itu. Akan muat sampai 6 baris bus. Padahal itu masih merupakan jalan satu arah. Ditambah lagi saya tidak pernah menemukan jalan rusak di sepanjang jalan yang kami lalui. Semua jalannya nampak mulus. Sementara jalur lain untuk bus yang datang dari arah berlawanan, ada sekitar 10 meter bahkan lebih dari di sebelah kiri jalur jalan kami. Terkadang ada bukit kecil, sehingga jalur lain nampak akan mereka tempatkan di sebelah  bukit dan tak bisa dipandang mata. Dan  bila jalannya datar, maka jarak jalan kami dengan jalan arah yang satu lagi hanya ada sekitar 10 meter saja. Sehingga jalur itu bisa dilihat dari dalam bis kami. Dan di antaranya hanya nampak dataran pasir saja. Yang kadang-kadang dihiasi dengan, merk-merk dagang yang terpampang lebar di antara dua jalan ini.
Kukatakan tadi jalur lain ada di sebelah kiri bus kami, karena di Saudi ini memang tidak sama dengan di Indonesia. Di Saudi ini, sopirnya ada di sebelah kiri bus. Sementara di Indonesia, sebagaimana telah kita ketahui, ada di sebelah kanan bus. Dan sekiranya jalan yang kami lalui adalah jalan dua arah, maka  kenderaan yang akan datang dari yang berlawanan, tentu berada di sebelah kiri  bus kami. Begitulah keadaan-keadaan yang kami lalui pada saat itu.

Dan pada saat kencangnya lari bis kami, tiba-tiba sopir bus kami ingin melewati sebuah  bus yang dirasanya terasa begitu lamban jalannya. Sopir kami menekan gas dengan lebih kerasnya. Sehingga bus kami dapat, mendahului bus itu. Dan ketika akan melaluinya, sopir kami menyetir terlalu paksa. Sehingga kendali seperti tak bisa ia kuasai. Bus kami hampir saja menyerempet ke kanan. Lalu sopir memutar arah bus ke arah kiri. Dengan maksud agar bus kami jangan sempat keluar dari jalan raya. Dan bus berhasil selamat. Tapi sopir ternyata terlalu membelok ke kiri. Sehingga bus kami yang terus melaju dengan kecepatan tinggi, hampir saja keluar dari jalan raya pada sebelah kiri jalan. Lalu seperti halnya tadi. Sopir membanting stir lagi, memaksa bus agar membelok ke kanan. Saya dan teman-teman sudah sangat takut sekali. Kalau menurut kebiasaan. Bis bus akan jatuh dalam kecepatan seperti itu, akan mengakibatkan kecelakaan yang amat patal. Tapi untunglah setelah beberapa kali sopir yang berpakaian Ihram itu berusaha agar bus kami tidak keluar dari jalan raya, akhirnya mampu mengendalikan kenderaan kami yang hampir saja keluar dari kiri dan kadang dari kanan. Hampir 4 kali bus menyerempet kekiri . Begitu juga dengan ke kanan. Hingga akhirnya sopir bisa menjinakkan bus yang melaju terombang-ambing. Sehingga kami para jemaah tidak merasa takut seperti tadi lagi. Tapi saya sudah menilai bahwa sopir kami masih kurang mahir di jalan raya. Saya jadi waswas juga jadinya.

Ketika kami tiba di suatu pos yang di depannya banyak berkibar bendera Merah Putih. Yaitu bendera kebangsaan Republik Indonesia. Sopir memelankan lajunya kenderaan kami. Sopir mengarahkan bus kami agar memasuki post yang pagarnya sangat luas itu. Dari dalam post itu, banyak mobil yang akan keluar. Tentunya semuanya bus-bus yang mengangkut jemaah haji dari Indonesia. Jadi kami mesti menunggu dulu bus yang keluar dari dalam pagar itu, barulah kami bisa memasukinya. Sebab walaupun pagarnya luas, tapi pintu pagarnya, hanya bisa lewat satu bus saja. Karena pintunya hanya selebar kira kira 5 meter saja.

Begitu nampak bus yang akan keluar dari dalam post itu tinggal satu lagi. Sopir kami terus menjalankan bus. Merapatkan bus kami ke dekat pintu pagar, dengan maksud bila bus yang dari dalam post keluar, kamilah bus selanjutnya yang akan melintas di pintu pagar ini. Tapi sopir kami terlalu buru-buru. Ia hampir saja menabrak  bus yang sedang keluar dari post itu. Untung ia bisa mengeremnya dengan cepat. Sehingga bus kami bisa berhenti dengan spontan. Walau kami yang ada di dalam bus sudah seperti terlempar dengan keras. Sehingga yang posisinya sedang berangan-angan di dalam bus kami, bisa-bisa kapalanya terbentur ke sandaran tempat duduk yang ada di depannya. Saya berpikir mungkin sopir kami  belum merasa tenang  sejak kami hampir mengalami kecelakaan tadi. Mungkin ia masih trauma. Sehingga di sinipun ia hampir saja menabrak bus lain. Tapi lagi-lagi nasib baik datang. Kami tidak jadi mengalami nasib naas.

Setelah bus yang hampir kami tabrak sudah berlalu dari pagar, barulah sopir kami mencoba menjalankan kenderaan kami dengan pelannya. Hingga sampai ke dalam pekarangan luas berbendera Indonesia itu. Yang ternyata di dalam post itu adalah tempat penyimpanan bahan makanan untuk para jemaah haji Indonesia.

Kami semuanya tinggal duduk saja di dalam bis. Petugas terus membagikan masing-masing satu kotak nasi lengkap dengan dagingnya. Kemudian sebuah Apel dan dua buah jeruk bermerk dagang  Turkey.

Kami tidak berapa lama singgah di tempat itu. Begitu para petugas selesai memberi kami sejenis aqua botol yang berisi zamzam sebagai minuman kami nanti setelah memakan nasi kotak yang mereka bagikan, kenderaan kamipun mulai malanjutkan perjalanan dengan tujuan Mekkah


Bila anda ingin membaca bukunya, anda bisa memperolehnya disini



 



Perjalanan Hajiku  
  Klik juga iklan di bawah

Bila ingin cari uang di Clixsense, klik iklan di bawah Kutuliskan semua kisah saya ketika di Medinah dan di Mekkah, bermaksud agar saya mengingatnya, dan juga bisa jadi pelajaran bagi yang akan pergi, jadi bahan pertimbangan bagi yang telah pernah ke Mekkah. Dan saya sebagai penulis, tentu banyak kekurangan. Mana tahu ada kesalahan, saya sedia bila dikritik. Sebab dengan kritik para pembaca, akan menjadi pelajaran buat saya. Mungkin kalau saya punya kesempatan untuk menulis lagi, saya sudah punya rambu-rambu dengan tulisan saya, kalau kebetulan ada yang salah. Silakan kritikn saya di kotak Guest. Semua tentu akan menjadi pelajaran berharga buat saya Terima kasih
Custom Search
http://feeds.feedburner.com/PengalamanDiAdsense
 
Mr. Tanjung panyabungan 2  
  Semoga tulisan-tulisan saya di halaman ini, akan memacu orang-orang yang seasal dengan saya untuk berlomba dan semakin giat menulis di dunia maya  
Online  
   
 
  gambardijual ............................................................... Menerima pemasangan Iklan. Hubungi: Ashartanjung@gmail.com Tempatkan iklan anda disini.  
 
  Oleh penulis buku:  
Today, there have been 135687 visitors (354674 hits) on this page!
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free